Rabu, 05 September 2012

Kalau Mau Sukses, Bermimpilah!

Setelah beberapa kali mengikuti sesi motivasi dan membaca beberapa buku sukses, saya berkesimpulan, kunci sukses selalu berporos pada tiga aktifitas, yaitu Bermimpi, Beraksi dan Bersedekah.
Awalnya, saya kurang sreg dengan kata bermimpi. Kurang bisa menyerap semangat bermimpi dalam film “Laskar Pelangi” dan “Sang Pemimpi”. Juga agak sinis saat menyimak kampanye sebuah produk yang menyantumkan slogan “Saatnya Pemimpi Jadi Pemimpin”. Tapi setelah membaca buku motivasi dengan kata kunci mimpi, saya mulai sepakat, aktifitas ini merupakan ayunan langkah kaki pertama menuju sukses!
Konsep mimpi paling bayan saya temukan dalam uraian Jack Canfield dan Mark Victor Hansen, duo pencipta dan penulis serial buku fenomenal “Chicken Soup for the Soul”, yang selama sepuluh tahun terakhir sudah dicetak sedikitnya 50 juta buku (mencakup lebih dari 100 judul dalam 39 bahasa).
Dalam Chicken Soup seri “Menyingkap Rahasia Mewujudkan Cita-Cita”, Canfield dan Hansen memulai  resep “Cara Mewujudkan Mimpi Anda” dengan, pertama-tama, membuat mimpi terlebih dahulu. Mimpi berarti keinginan. Harapan. Cita-cita. Sebelum mendapatkan apa yang diinginkan, tulis keduanya, Anda harus memastikan dulu apa yang Anda inginkan!
Dengan mimpi, Anda berarti memiliki rencana dan target. Tanpa keduanya, hidup Anda dalam satu hari (mulai dari bangun tidur sampai kembali ke tempat tidur) akan berjalan hampa tanda arah dan makna. Tanpa keduanya, Anda hanya bisa berdiri kaku di persimpangan lantaran tidak bisa mengambil keputusan dan membuat pilihan.
Ya, hidup adalah sebuah pilihan. Dan Anda akan selalu dihadapkan dengan banyak sekali pilihan yang terbentang di depan mata-setiap jam, setiap hari, sepanjang tahun. Dengan rencana dan target di kepala, Anda akan memiliki petunjuk pasti dalam menentukan pilihan. Anda memiliki keyakinan dan komitmen saat memilih langsung mandi atau berleha-leha di depan TV usai bangun tidur. Anda juga bisa dengan mudah memutuskan pekerjaan mana yang harus didahulukan, membaca koran atau menulis di blog. Begitu seterusnya.
Itulah sebabnya, banyak motivator menganjurkan orang yang ingin sukses untuk memperbanyak mimpi (tapi banyak bermimpi bukan berarti banyak tidur loh). Mempertajam keinginan dan merincinya dalam bentuk rencana dan target.
Manfaat lain dari mimpi adalah, mimpi menjadi motivator atau cambuk yang memecut kuda untuk terus berjalan ke tempat tujuan. Canfield dan Hansen menulis, mimpi-mimpi besar menuntut pemiliknya tumbuh sesuai dengan upaya meraih mimpi-mimpi tersebut. Mereka yang hidup dengan mimpi besar akan memiliki kesempatan besar untuk mengasah kemampuannya, mempertajam ketrampilan, menambah wawasan, memperluas interaksi dan komunikasi, memperkaya pengehuan, dan pada akhirnya menjadi orang yang berkualitas dan kompeten di bidangnya (atau setidaknya berada di lingkup yang sama dengan mimpinya).
Bila Anda bermimpi menjadi pebisnis sukses, maka Anda akan menjalankan proses yang lazim dijalankan oleh banyak pebisnis lainnya. Anda harus belajar membaca kondisi. Mengetahui karakter pasar dan menguasai harga barang. Belajar marketing dan komunikasi bisnis. Berinteraksi dengan enterpreneur dan pebisnis sukses. Mengelola uang kas. Dan Anda juga akan terlibat dalam proses yang lebih besar lagi, tergantung seberapa besar mimpi yang telah Anda canangkan.
Bila Anda hanya bermimpi menjadi pedagang baju ternama di Sukabumi, maka seluas itulah kemampuan yang akan Anda miliki. Tapi kalau mimpinya diperbesar menjadi eksportir pakaian paling sukses, maka Anda akan masuk ke lingkungan pedagang busana tingkat dunia!
Mimpi adalah sebuah keinginan yang positif. Bermimpilah tentang apa saja: Kekayaan, kesehatan, pernikahan, pendidikan, pelesiran, karier, kematangan rohani, perubahan sosial. Apa saja! Setelah memiliki sekian banyak mimpi, Anda harus merinci setiap mimpi menjadi sebuah tujuan yang terukur.  Misalnya, menjadi lulusan terbaik pertama dari Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada. Memiliki rumah bertingkat di atas tanah 300 meter persegi di kawasan Pondok Indah. Memiliki berat badan 60 kilogram di akhir tahun 2012. Dan sebagainya.
Bila Anda memiliki harapan besar terhadap anak di rumah atau karyawan di kantor, berilah mereka kesempatan untuk bermimpi. Sama besarnya dengan kesempatan yang Anda miliki. Jangan cekoki mereka dengan mimpi-mimpi Anda. Anda cukup memberi mereka arahan dan petunjuk agar mereka memiliki mimpi yang baik atau sejalan dengan mimpi yang telah Anda bayangkan atas diri mereka.
Mengapa arahan dan petunjuk diperlukan? Ini semata-mata hanya faktor kematangan berpikir dan kestabilan emosi yang belum dimiliki oleh seorang anak atau para staf. Setiap orang tentu memiliki mimpi dan cita-cita. Tapi di usia muda dan di tahap awal karier, anak-anak dan para karyawan  mungkin belum bijak dalam membedakan antara mimpi besar dan fantasi liar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar